Selasa, 19 April 2011

ungkapan ku....



Jantuh Cinta

Dag-dig-dug
Detak jantung tak menentu
Melihat matanya yang indah
Bibirnya yang tipis,
Rambutnya yang terurai panjang halus
Bak bidadari yang pernah aku mimpikan;
Ketika malam sabtu
Hingga aku terbangun dari tempat tidurku

Raut wajahnya yang manis
Siapapun akan terpikat olehnya
Senyumannya
selalu menghiasi kecantikannya

Jatuh cinta
Mungkin itu yang sedang aku rasakan…?
Tak karuan,
Yang ada hanya bayangan wajahnya

Jatuh cinta
Apakah aku jatuh cinta…?
Padanya gadis belia teman sekolahku
Aku tidak bisa menjawabnya

Jatuh cinta
Senyum sendiri,
Perasaan bahagia dilanglang buana
Bagaikan berada di angkasa
Bercanda bersama angin hingga lupa waktu

Jatuh cinta
Mungkin ini bagiku yang pertama

Jatuh cinta
Aku jatuh cinta, jatuh cinta, jatuh cinta…

Mks, 11-5-09

Jika…

Jika aku adalah presiden
Aku akan melindungi semua masyarakatku
Dari kemiskinan
Dari kelaparan

Jika aku adalah pilot
Aku akan membawa penumpangku
Ke angkasa
Mengelilingi dunia ini

Jika aku adalah seorang ustadz
Aku akan memberikan orang-orang hina
Pemahaman tentang arti hidup
Tentang arti persaudaraan

Jika aku adalah seorang guru
Aku akan memberikan ilmu yang tak terhingga
Pada murid-muridku

Jika aku adalah paranormal
Aku akan meramalkan tentang
Dunia ini akan damai
Dan kehidupan akan diliputi perdamaian

Tapi sayang…
Aku hanya rakyat biasa
Hanya bisa mengikuti alur hidup dunia ini…
Apa yang mereka katakan atau mereka perbuat
Aku ada diantaranya…

Mks, 11-5-09


Kelap-kelip

Jantung kota memancar
Mengkilat nan besar
Terbesit seonggok daging
Diantara suara bising
Mereke diam,
Mereka suram,
Bersama waktu dan alam
Malampun menyambut kelam
Harapan,
Perjuangan, dan
Canda
Larut bersama hari
Bersama pagi,
siang,
Petang,
Lalu kelam oleh malam



Dilema cinta

Semenjak kau hadir
Wajahmu gambarkan kebahagiaan
Indahnya pesonamu gambarkan kesetiaanmu…
Andai engkau bisa memilihku
Ku akan sambut ia dengan cinta…

Kucoba pahami dirimu dengan
Keterbatasanmu
Kucoba pahami diriku dengan
Besi-besi nadiku…
Kelak,
Ku tak bisa lagi melihatmu…

Putus asa, kecewa, depresi
Menyatu dalam otak kananku
Karena engkau tak bisa aku raih
Kedalam alam mimpiku,
Khayalku,
Senandungku…

Enkau begitu jauh sangat jauh
Dari serpihan hidupku
Dan ku doakan engkau
Moga bahagia di taman impianmu
                                                           
                                                Makassar, 7 Oktober 2009



Jeritan Asa
                                   
Dihamparan panas ia meradang
Menerpa angin membising jiwa
Tubuhnya lunglai dalam angan
Dia terdiam dalam tangisnya

Gadis kecil ditawanan mentari
Membunyikan lonceng kehidupan
Menyibak tabir dalam sunyi
Apakah dia adalah raja?

Darah dalam nadi mengalir deras
Seakan mencabut kerongkongannya yang kering
Dalam tawa dia bersedih
Apakah alam ini akan bersahabat dengannya?

Bunyi loncengnya mengharap hujan
Hujan permata di tengah panas
Kakinya berdarah mengharap upah
Dalam jeritannya yang lugu

Dialah gadis kecil…
Meradang dalam perih
Mangais rupiah dalam asa…

Tengah laut, 28 Agustus 2009



Aku rindu

Goresan hati menangis pilu
Memnadang sebuah asa berdebu
Dibawah kaki langit membiru
Aku terbesit dalam rindu

Wajahku sudah kusam
Masam
Kelam,
Nan suram

Aku rindu ….
Menepis perihku
Menembus dosaku

Aku rindu….
Pada-Nya yang mulia
Pada-Nya buana

Aku rindu….
Ingin kembali padaMu
Dalam relungan sukmaMu


Kagum…

Semula engkau adalah simbol
Semula engkau adalah gadis

Kini,
Semua berbeda
Lebih dari sebuah simbol, dan
Lebih dari seorang gadis

Bidadari…?? Juga bukan…!!!

Engkau adalah gadis yang menyerupai bidadari,
Dalam senyuman itu
Ada simbolnya
Dalam tatapan itu ada cintamu…
Sungguh suci dan murni

Kehadiranmu merubah segala..
Segala yang kupikirkan,
Yang kujalani,
Yang kuimpikan

Mungkinkah engkau adalah akhir segalanya?

Kekaguman ini tiada terbendung
Datang dari hati,
Dari rasa sayang serta
Dari cahaya matamu yang;
Menggambarkan ketulusan,
Kesucian dan
Kemurnian cinta…

Rasa kagum ini hanya untukmu.

Mks, 7/10/09


A hope

You are the apple of my eyes
Without you I can’t life
Only you whom I hope
To motivate my days

I know the sun couldn’t hold the moon, and
I know the earth so far from the sky
But, why we are like them…??, and
Why we didn’t close each other…??

Maybe god
Didn’t let me to take the moon
To light my world that in the darkness

Couldn’t I took the moon, could it..?, and
Put it in my world
To light my days that is the darkness

May be god didn’t let me…


Yang akan diteliti
  1. sejarah puisi
  2. definisi puisi
  3. perkembangan puisi
  4. puisi di Indonesia
  5. manfaat puisi bagi manusia
  6. fungsi puisi sebagai karya sastra
  7. perpaduan puisi ke prosa
lampiran : contoh puisi dari penulis



Dari hari ke hari…
Suasana siang itu sangat panas hingga membakar kulitku yang berwarna sawo matang berubah menjadi hitam. Baju lengan panjang hitam yang aku kenakan seolah menjadi boomerang bagiku karena menyerap sinar matahari hingga terik matahari menembus kulitku seakan membakar sum-sum tulangku. Bulan itu, Juli 2005 aku harus menjalani nasibku sebagai seorang diri ditempat orang lain tanpa orang tua, kakak, saudara maupun sanak famili. Sedih rasanya, dengan usia belia aku harus hidup sendiri dan tentunya menurutku harus bisa mandiri. Mungkin semua orang tidak pernah merasakan ini, tetapi aku yakin banyak juga yang bernasib seperti aku, ucapku optimis. Suasana ramai diatas ruangan kapal Tilongkabila, membuat aku tidak terlalu konsentrasi pada keluargaku yang memperhatikan aku pada Juli itu. Ada yang jalan kesana-kemari, ada yang menelepon bahkan ada yang menangis. Hiruk pikuk itu membuat aku tak tahan dimana tempatku berdiri.
Belum lagi aku harus pamit pada seorang gadis yang pernah bersamaku separuh dari usia sekolahku di SMA, dia tempatku berbagi, melepaskan rasa, canda tawa dan menjadi inspirasi tersendiri bagiku dalam hidupku. Kehadirannya pada tempat seolah menjadi teman yang kemudian akan hilang dari sisi hidupku. Suasana ramai dikapal itu, membuat kami berdua tidak leluasa melepaskan rasa…, belum lagi ada teman-teman yang lain disamping kiri kananku yang selalu memperhatikan aku. Tetapi masa bodoh pada semua itu, karena hari itu adalah last day untuk kami berdua.
Kini bunyi kapal sudah terdengar ditelinga kami sebagai pertanda kapal akan berlayar dan meninggalkan Dermaga. Sesegera mungkin bidadariku memberikan isyarat bahwa dia akan turun dari tempat yang cukup panas itu. Akupun langsung memberikan kecupan padanya sebagai pertanda bahwa cinta yang kami tanam selama satu tahun lebih, masih bias dipertahankan. Aku memeberikannya penuh kasih sayang dan diapun tertunduk malu dan melangkah turun dengan perlahan mengikuti anak tangga kapal yang banyaknya kira-kira 20 anak tangga.
“Da… da….” Ucapnya sambil melambaikan tangannya sambil menahan air matanya yang hamptr membasahi seluruh bagian wajahnya yang manis. Akupun membalasnya dengan melambaikan tanganku dengan lemah, karena aku merasa kami tidak oernah bertemu lagi alam jangka waktu yang sangat lama. Kami harus memilih medan yang berbeda untuk menjalani hidup kami. “mudah-mudahan tuhan akan memepertemukanku lagi denganya” bisik hatiku lembut.
Kini kapal perlahan-lahan menjauh dari dermaga dan tangisan pun semakin terdengar keras, seakan mereka tidak merelakan anak-anak mereka menjauh dari kehidupannya. Kini yang ada dalam pikiranku hanya menghayalkan seperti apa kota Makassar itu dan sedikit-sedikit juga aku selalu memikirkan seorang putri yang aku tinggalkan mulai detik itu. “Da… Bima” ! ucapku dalam hati. Tidak lama lagi aku akan menginjakkan kaki di tanah Makassar yang biasa disebut oleh orang tanah daeng.
Hari senin sore, kini kapal telah bersandar di pelabuhan Makassar (Pelabuhan Soekarno). Pemandangan yang sangat tidak enak bagiku, seperti ketika aku berada dipelabuhan Bima ketika aku akan berangkat ke kota ini. “Inikah Makassar?” kataku. Ternyata kota ini adalah kota maritime juga, karena daerahnya memiliki pantai dan laut yang sangat luas bahkan oleh pemerintah disini menjadikan pantai itu sebagai objek yang luar biasa. Seelah tersadar dari lamunanku, akupun segera mengangkat barang-barang yang aku bawa. Kali inipun aku harus memasang kuda-kuda untuk berebut tempat dengan penumpang lain, dengan buruh-buruh yang tengah mencari nafkah ditempat ini.
Hari ini adalah hari senin dimana pendaftaran ulang bagi mahasiswa baru yang lolos seleksi PMJK berakhir. Aku dan bersama empat orang temanku harus berburu waktu untuk mendaftar ulang. Tetapi dari lima orang tersebut, masing-masing tiba ditempat yang berbeda. Ada yang ke kos kakanya, dirumah keluarganya dan lain-lain. Sementara aku dan satu orang temanku harus nginap di Asrama tentara untuk satu hari agar kami bisa mendapatkan tempat yang aman. Karena di Asrama tersebut ada keluarga yang tinggal disitu.
Setelah beranjak dari pelabuhan, kami langsung menyewa taksi guna untuk melakukan tes kesehaan sekaligus mendaftar ulang. Sesampai ditempat pemeriksaan kami harus menunduk, karena tempat tersebut telah ditutup. Sehingga pada akhirnya, kami harus pergi kerumah dokter yang bersangkutan. Bagiku ini adalah pengalaman pertama di kota daeng ini. “Ya.. inilah cara kita untuk memulai hidup di tempat orang lain” kataku sambil membersihkan keringat di mukaku.
Minggu pagi yang sial…
Bagi semua seorang, malam minggu adalah malam yang menyenangkan. Apalagi suasana di Makassar yang terkenala dengan sunsetnya di Pantai Losari membuat setiap pasangan melepaskan rasa rindu, cinta, kasih mereka disana. Tetapi bagi saya dan temen-teman kos yang lain memiliki cerita yang berbeda karena kami tidak punya apa-apa dan tidak punya gandengan untuk menikmati indahnya pantai Losari pada sore hari. “indah sekali pantai losari pada saat sore hari” gumam temanku yang baru saja menikmati keindahan alam itu. Kami hanya terdiam dan mendengarkan cerita kosongnya itu. “seperti apakah pantai losari itu dan apakah indah sekali objeknya?” ucapku dalam hati penasaran.
Keesokan harinya, minggu jam 5 pagi azan subuh tengah berkumandang dan akupun segera bangun dari tempat tidurku untuk sholat. Untuk melanjutkan rasa penasaranku akan keindahan pantai losari, sesegera mungkin saya mengambil sepatu dan kaos untuk jogging. Aku berlari mengikuti arah orang banyak karena pikirku mereka pasti menuju ke pantai losari. Beberapa menit kemudian sampailah aku di area pantai tersebut. “ternyata inilah objek yang membuat aku penasaran” ucapku. Aku sangat senang bisa melihat abjek kebanggaan Makassar ini, lagi pula aku bisa menghirup udara segar dan mencuci mata di sini.
Bebrapa menit kemudian aku memutuskan untuk pulang. Aku mengikuti arah jalan yang lurus sehingga jalan yang aku lalui ketika menuju ke pantai tadi tidak aku lalui dan akupun kesasar.





Tidak ada komentar:

Entri Populer